Senin, 19 Maret 2012

Metode Statistik Untuk Mengamati Moral Sebuah Kelas Pendidikan

Segala puji Bagi Allah, Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga sahabat dan seluruh pengikut beliau yang senantiasa mengikuti jalan petunjuk-Nya. Segala puji bagi Allah, semoga Allah memberi kekuatan kepada kita umat Islam untuk mampu menjadi generasi yang lebih dan lebih baik dan semakin baik, dari waktu ke waktu.
Zaman modern sedang dihadapi, zaman hingar bingar sedang dihadapi, zaman penuh hiburan sedang dihadapi, zaman penuh ujian dan godaan iman sedang dihadapi. Zaman yang penuh dengan godaan-godaan yang meruntuhkan iman sedang dihadapi umat manusia. Segala puji bagi Allah, Allah telah memberi benteng yang kokoh bagi manusia yang ingin tetap menempuh jalan-jalan selamat, jalan jalan iman yang kokoh.
Para guru dan pendidik diharapkan dapat mendeteksi dengan cermat terhadap anak didiknya. Bila seorang guru berhasil mengubah kepribadian siswa dari buruk menjadi lebih baik, atau dari baik menjadi sangat baik, tentu itulah yang dikehendaki.
Allah SWT telah memberikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup dan jalan hidup bagi manusia. Seberapa besar umat manusia berusaha berpegang teguh pada Al-Qur’an, sebesar itu juga limpahan Allah dan Karunia-Nya akan dilimpahkan kepada mereka.
Allah SWT dalam sebuah firmannya menyampaikan yang artinya,
.
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):”Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” (QS. 41:30)
.
Rasulullah SAW pun dalam sabdanya menyampaikan yang artinya,
.
Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah SAW. Bersabda: Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an akan berkumpul para malaikat yang mulia-mulia dan ta’at. Sedang orang yang megap-megap dan berat jika membaca Al-Qur’an, mendapat pahala lipat dua kali. (HR Bukhari-Muslim- Tarjamah Rhiadhus Sholihin Jilid 2 Hal 135)
Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda: dan apabila berkumpul suatu kaum dalam majlis (baitullah) untuk membaca kitab Allah dan mempelajari, maka pasti turun pada mereka ketenangan dan diliputi oleh rahmat dan dikerumuni oleh malaikat dan diingati oleh Allah didepan para Malaikat yang ada pada sisi-Nya (HR Muslim – Tarjamah Rhiadhus Sholihin Jilid 2 Hal 150) )
.
Dalam mengelola sebuah kelas dalam dunia pendidikan, untuk mengetahui kemungkinan besar keberhasilan sebuah kelas, seorang guru dapat melakukan analisa kejiwaan terhadap kelas tersebut dengan beberapa pertanyaan pertanyaan mendasar yang dapat menunjukkan suasana kejiwaan sebenarnya dari kebanyakan siswa yang dihadapinya. Metode sederhana yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
Pertama dilakukan pengujian secara satu persatu tentang kemampuan siswa untuk membaca Al-Qur’an dalam huruf ARAB, maka akan dapat diketahui seberapa besar kemampuan tiap siswa untuk selalu menerima limpahan petunjuk Allah dalam hatinya.
Yang kedua ditanyakan kepada siswa, seberapakah kecintaan siswa secara sadar untuk selalu membaca dan mencintai membaca Al-Qur’an dalam bahasa Arab dan kemudian membaca tarjamahnya. Korelasi nya adalah, bila siswa sangat mencintai dan rutin melakukannya dengan sadar diri, maka siswa telah menemukan kenikmatan yang haqiqi dalam hidupnya, yaitu mencintai Allah dan mencintai firman-firman-Nya.
Pertanyaan yang selanjutnya adalah, bagaimana mereka mencintai Masjid. Apakah mereka selalu tertarik untuk datang sholat berjamaah ke masjid ketika Adzan dikumandangkan. Bila jawabannya adalah Ya, maka mereka telah menemukan jalan hidup mulia yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu mencintai untuk selalu beribadah kepada Allah.
Dan yang terakhir adalah apakah mereka rajin mendatangi majlis-majlis pengajian dan suka berkumpul dengan orang-orang yang baik-baik, bila Ya, maka semakin nampak bahwa anak didik kita adalah anak-anak yang siap menjadi manusia manusia yang baik.
Sebenarnya masih banyak parameter lain yang harus dibuat pertanyaan-pertanyaan kepada anak didik untuk semakin menemukan jati diri anak-anak didik kita, namun setidaknya bila 3 hal tersebut sudah dapat terdeteksi, maka di dalam diri anak tersebut ada lahan yang subur untuk ditanami kebaikan-kebaikan.
Bila 3 hal tersebut diberikan dalam wujud angka penilaian, maka angka-angka tersebut bisa dijadikan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam menggapai akhlaq yang mulia dan menggapai kesuksesan-kesuksesan yang positip.
Anak-anak yang memiliki nilai pendekatan yang tinggi, biasanya memiliki kepribadian yang baik pula. Dan dalam sebuah kelas yang memiliki rata-rata kelas yang tinggi, maka proses pendidikan akan lebih berhasil.
Anak-anak yang selalu dihadiri malaikat dalam hidupnya, biasanya memiliki jiwa yang lebih mudah berkonsenrasi dan lebih mampu untuk bersungguh-sunguh dalam menempuh cita-cita yang diidamkan. Dan memiliki bisikan-bisikan hati yang positip, sehingga akan menjadi manusia-manusia yang berjiwa optimis, produktip dan konstruktip.
Bila rata-rata kelas adalah bernilai positip tinggi, maka ketenangan akan mewarnai kelas tersebut, sehingga transfer ilmu akan berjalan dengan benar dan memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.
Bila seorang guru mendapati baik secara indifidu ataupun rata-rata kelas memiliki nila yang rendah, maka proses pendidikan dan pengajaran akan berjalan lebih lambat. Dan musti para guru harus dengan tekun mengajari satu demi satu untuk membawa anak-anak didik mereka dapat meningkat ke jenjang nilai moral yang lebih tinggi, dengan amal-amal nyata yang dapat akhirnya dapat menjadi tabiat anak didik.
Berbagai macam hiburan, permainan dan pergaulan kadang menjadikan jiwa anak didik menjadi rusak. Sehingga tidak memiliki kecintaan untuk menempuh jalan-jalan mulia. Namun aktifitas hidup mereka lebih banyak diisi dengan hal-hal untuk memperturutkan hawa nafsu.dan dapat dipastikan akan tumbuh jiwa-jiwa yang gelap dan negatip, yang pesimistis, arogan dan destruktif. Jiwa-jiwa yang dikerumuni syaitan laknatullah.
Mari para guru-guru dimanapun bisa mendeteksi anak didiknya masing-masing, atau bahkan mendeteksi keluarganya masing-masing, dan bahkan mendeteksi dirinya masing-masing. Seberapa besar Malaikat yang biasa datang kepada mereka dan seberapa besar cinta mereka untuk beribadah kepada Allah SWT. Kebahagiaan, keselamatan, kesuksesan dan Rahmat Allah senantiasa dicurahkan kepada Hamba-hamba yang selalu rajin beribadah kepada-Nya, Allah berfirman yang artinya
Katakanlah (kepada orang-orang musyrik):”Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu.(Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu)”. (QS. 25:77) )
Dunia modern, dunia penuh dengan ujian-ujian iman, kita semua sedang hidup di dunia. Saat-saat hidup yang sangat menentukan. Apakah akan kita gunakan untuk beribadah kepada Allah atau untuk bermain-main.
Bagi mereka yang rajin beribadah kepada Allah, maka besok di akherat akan diletakkan di Jannah (Taman Surga) yang penuh kenikmatan dan rahmat Allah. Dan bagi mereka yang hidup diisi dengan bermain-main dan lupa kepada Allah, maka di akherat akan ditempatkan di naar (siksa api neraka). Semoga Allah melindungi kita dari azab-Nya di dunia dan di akherat. Wallahu a’alam.

RAGU Menikah karena Finansialnya Belum Siap?

Masih ragu untuk menikah? Alasannya karena belum siap dalam hal finansial? Inilah yang seringkali mendera para lajang mengapa masih menunda-nunda untuk menjalankan sunnah Rasul ini.
Bagi ikhwan, kesiapan finansial selalu menjadi hal yang sangat perlu dipertimbangkan sebelum benar-benar mantap mengakhiri masa lajang. Pasalnya, ia-lah yang nanti bertanggungjawab memberikan nafkah bagi istri dan anak-anaknya kelak.
Kesiapan finansial rupanya juga mempengaruhi kondisi psikis si ikhwan ketika hendak meminang sang bidadari. Kekhawatiran pun muncul jika nanti orangtua si gadis sampai bertanya, “Kerjanya dimana? Gajinya sebulan berapa?” Sementara kerja masih serabutan. Penghasilan selama sebulan juga tak seberapa. Bagaimana jika ditolak? Terlebih, saat tahu bahwa keluarga sang bidadari ternyata merupakan keluarga berada.
Karena merasa belum siap dalam hal finansial, banyak para ikhwan mengundur-undur waktu untuk melamar sang bidadari yang memikat hatinya tersebut. Alhasil, banyak pula mereka yang akhirnya patah hati karena sang bidadari sudah keburu dilamar oleh ikhwan lain. Ada juga yang sampai menyesal kenapa tak kunjung melamar sang bidadari, karena ternyata si ikhwan yang dipilih sang bidadari tersebut nasibnya tak jauh beda dengannya: masih kerja serabutan dengan penghasilan yang tak seberapa pula.
Alasan kesiapan finansial memang selalu dijadikan indikator utama ketika seseorang hendak memutuskan untuk menikah. Yang jadi pertanyaan kemudian, seberapa besar ukuran “siap” dalam sisi keuangan bagi seseorang untuk segera menikah? Apakah harus sudah bekerja dengan gaji tetap sekian juta per bulannya, punya tabungan yang cukup untuk modal nikah (seperti memberi mahar, biaya resepsi pernikahan dan lain-lain), rumah lengkap dengan perabotnya, kendaraan dan sebagainya?
Menikah, Harus Sudah Bekerja?
Sebetulnya, sudah bekerja atau belum bekerja, jika memang sudah siap silahkan saja menikah. Dalam agama, tidak ada aturan yang mengatur bahwa: kalau menikah berarti harus sudah bekerja. Kata kuncinya bukan sudah bekerja atau belum, melainkan adalah sudah siap menanggung beban nafkah keluarga setelah menikah nanti. Ini karena memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya menjadi kewajiban suami dalam rumah tangga.
Lalu bagaimana caranya bisa menanggung nafkah kalau belum bekerja? Perlu dicatat sobat muda, yang diperlukan menanggung nafkah bukanlah pekerjaan, melainkan penghasilan. Untuk membedakan antara bekerja dengan berpenghasilan ini, kita lihat pada contoh berikut.
“Dengan bekal pendidikan yang tinggi, Budi memiliki pekerjaan yang cukup baik. Sayangnya, nasib keuangannya buruk. Hutangnya juga menumpuk disana-sini. Bukan karena gajinya yang tidak cukup karena harus menanggung beban nafkah orang lain, tetapi lebih karena gaya hidupnya yang boros. Akibatnya, gaji yang diterima setiap akhir bulan sudah habis sebelum tanggal gajian berikutnya tiba.
Sementara Doni baru saja menyelesaikan kuliah S1-nya dan berniat untuk langsung meneruskan ke jenjang S2. Beasiswa yang diterimanya dari “Yayasan Ayah Bunda” alias orangtuanya sendiri meliputi biaya kuliah dan biaya hidup sampai selesai S2. Demikian halnya dengan Catur, seorang mahasiswa tingkat akhir yang belum lama ini kehilangan kedua orangtuanya dalam sebuah kecelakaan. Tapi ternyata ia tidak hidup dalam kesusahan. Memang tidak terlalu besar, namun sebagai anak tunggal, kedua orangtuanya meninggalkan warisan dan manfaat asuransi yang lebih dari cukup untuk menyelesaikan kuliahnya dan biaya hidup beberapa tahun setelah itu.”
Nah, sudah jelas bukan? Bekerja tidak berarti segala kebutuhan hidup kita terjamin. Sebaliknya, jika kita tidak bekerja, bukan berarti pula tidak punya penghasilan. Kesimpulannya, indikasi utama adalah adanya kemampuan seorang ikhwan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jalannya bisa melalui penghasilan dari bekerja, usaha yang diturunkan kepadanya, atau peninggalan orangtua. Ini sah saja selama tidak merugikan pihak lain.
Mapan Dulu Baru Menikah atau Menikah agar Mapan?
Ya, kemapanan seringkali merupakan salah satu pertimbangan para lajang untuk menikah. Tidak sedikit dari mereka yang memilih menunda untuk menikah jika belum mapan dari sisi keuangan. Ada saja ikhwan yang tidak mau melamar akhwat sebelum ia punya rumah sendiri atau memiliki karier yang mapan di perusahaan. Begitu juga akhwat, beberapa dari mereka lebih berharap yang datang melamar adalah ikhwan yang sudah “jadi”, apalagi jika ia sendiri sudah cukup matang dari segi finansial.
Jika sobat muda juga berpikir seperti ini, ketahuilah bahwa menunggu kemapanan ekonomi untuk menikah (atau dinikahi) ibarat seperti naik helikopter dan ingin langsung melihat pemandangan tanpa melalui susah payahnya mendaki gunung. Tentu rasanya berbeda menikmati pemandangan dengan mendaki gunung terlebih dahulu. Ketika kita harus jalan kaki naik gunung dengan susah payah, maka perasaan saat melihat pemandangan tersebut akan sangat berbeda bila dibandingkan dengan melihatnya langsung dari helikopter. Yang membuatnya berbeda bukan kualitas gambar pemandangan yang dihasilkan mata, melainkan pada proses pencapaiannya.
Ada proses yang mesti dijalani terlebih dahulu, yang tentu menambah keindahan yang kita peroleh setelah berusaha. Begitu juga akan berbeda rasanya ketika kita langsung melihat pemandangannya tanpa bersusah payah dahulu untuk mendaki gunung. Pemandangan yang dilihat memang sama, tetapi perasaannya akan berbeda karena prosesnya yang berbeda.
Begitu pula dengan proses pernikahan.
Perasaannya akan jauh berbeda jika kita dan pasangan kita berjuang bersama dari titik nol menuju titik kesuksesan daripada kita mengajak pasangan kita untuk langsung berada di titik kemapanan. Sebagian para ikhwan berpendapat, mereka tidak ingin mengajak pasangannya sengsara. Biarlah mereka saja yang melalui sulitnya menuju kemapanan, dan nantinya mereka akan mengajak calon pasangan hidup mereka untuk berumah tangga setelah mereka sudah mapan agar pasangannya kelak tidak perlu merasakan kesulitan dan susah payahnya mencapai kesuksesan itu.
Diakui atau tidak, ini sekadar pembenaran saja dari ketakutan para lajang dalam menghadapi cobaan (berdua). Mereka mungkin hanya tidak ingin terlihat ketika sedang gagal, mereka hanya ingin terlihat sudah berhasil.
Antara Ragu, Nekat, Berani dan Tawakal
Untuk yang masih ragu menikah hanya karena alasan finansial semata, ketahuilah bahwa Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” [QS. An-Nuur [24] : 32] Jangan karena merasa miskin, maka kita takut untuk menikah. Ingat, janji Allah itu pasti, bahwa Allah akan memampukan dengan karunia-Nya.
Lalu bagaimana dengan nekat, berani dan tawakal sendiri? Terkadang, antara berani dan nekat perbedaannya memang sangat tipis sekali. Dikatakan berani jika melakukan sesuatu yang luar biasa dengan persiapan dan perencanaan yang matang. Sedangkan nekat adalah melakukan sesuatu tanpa persiapan sama sekali. Jika seseorang akan melompat dari jembatan dengan tali bunjee dan sudah diukur secara cermat serta diawasi para ahli, maka itu dikatakan berani. Tapi kalau ada yang hendak lompat dari jempatan dengan mengikat pada tali seadanya, tanpa pengetahuan teknis yang memadai, itulah yang dikatakan nekat.
Dari dua pengertian tadi, tampaklah bahwa berani itu mengandung makna positif, sedangkan nekat bermakna negatif. Namun, berani saja belum tentu benar. Karena yang dimaksud berani ini belum tentu bertawakal. Orang yang berani-dengan segala persiapan dan kesiapan professional-belum tentu bisa dikatakan sebagai orang yang bertawakal dan pasrah atas ketentuan Allah. Bisa jadi ia banyak latihan, bisa jadi pula ia punya perangkat pengamanan yang memadai.

Tapi saat mentalnya mengatakan, kalau memang sudah waktunya mati ya mati saja, orang ini hanya berani hidup, tetapi tidak berani mati.
Ia bukannya bersiap menghadapi apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi justru tidak peduli dengan masa depannya. Orang yang berani hidup dan mati adalah orang yang tawakal kepada Allah. Ia siap dengan segala keputusan Allah atas ikhtiar yang dilakukannya. Terhadap rezeki Allah, ia senantiasa harus bertawakal, yakni berusaha untuk menjemput rezeki yang memang sudah disiapkan Allah untuk hamba-Nya. Bukan dengan duduk diam, lalu menunggu rezeki datang dari langit.
Kembali ke masalah pernikahan. Jika seorang laki-laki melamar seorang gadis dengan hanya bermodalkan niat baik untuk segera menikah, tanpa persiapan apapun, itu namanya nekat. Namun, jika menunggu harta terkumpul banyak, baru kemudian berani melamar gadis, itulah yang disebut berani, tetapi kurang tawakal. Sedangkan jika kita banyak berdoa agar Allah mendekatkan jodoh, lalu kemudian melamar seorang gadis tanpa persiapan itu namanya nekat tapi mengaku tawakal.
Pemuda yang berani dan bertawakal adalah pemuda yang berdoa agar mendapatkan yang terbaik. Tidak hanya itu, ia pun telah siap meski harus menghadapi kenyataan yang pahit. Tidak hanya berdoa atau menunggu keuangan melimpah, tetapi ia sempurnakan ikhtiarnya mencari ma’isyah agar layak mempersunting “Aisyah”. [ntz]
*Beberapa bagian dikutip dari buku “Aisyah dan Ma’isyah” karya Ahmad Gozali.
Dari : Majalah Respon <respon_mta@yahoo.com>

Mimpi Umat Islam tentang BAITUL MAL (Rumah Harta)

Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya yang selalu mengikuti jalan petunjuk-Nya.
Allah telah menciptakan Alam raya yang sedemikian luas, dan bila bumi dibandingkan dengan Alam semesta, maka sungguh Bumi hanyalah sebutir pasir ditengah tebaran pasir angkasa raya yang sangat-sangat luas tak berhinggga.
Bila dicermati dengan sangat cermat, bumi yang sangat kecil ternyata memiliki kelengkapan yang luar biasa, dan bahkan hingga saat ini bumi telah dihuni sekitar 7 milyar manusia, bila pengelolaan dilakukan dengan baik, maka sebenarnya 7 milyar manusia tersebut bisa merasakan kesejahteraan. Segala puji bagi Allah Tuhan pencipta semesta Alam.
Dalam diri manusia pun bila dicermati maka terdapat bertrilyun-trilyun sel penyusun seluruh tubuhnya dan sekaligus sel-sel makhluq asing seperti bakteri, virus dan sejenisnya. Segala puji bagi Allah Tuhan pemilik semesta Alam.
Dalam sebuah sel makluq hidup ternyata memiliki kerumitan yang lebih rumit dibandingkan dengan pengorganisasian sebuah perusahaan manufaktur yang dibuat oleh manusia, bahkan dalam DNA terdapat sebuah perintah-perintah otomatis tentang kerja sebuah sel, sedemikian rumitnya sehingga 46 sel kromosom mampu membangun diri secara otomatis menjadi sebuah makluq yang bernama manusia, segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.
Demikian cangihnya proses perjalanan alam makro dan alam mikro, semuanya berjalan selaras dengan perjalanan otomatis sesuai dengan kehendak Allah Tuhan semesta Alam, sehingga perjalanan menjadi harmonis dan berjalan dari waktu ke waktu tanpa henti dengan sangat selaras dan menakjubkan.
Allah SWT yang telah membuat selaras perjalanan alam makro dan alam mikro menguji manusia dengan perintah dan larangan, bila manusia mau merendahkan diri kepada Allah yang Maha Agung, maka kehidupan di dunia ini menjadi selaras. Sebaliknya bila manusia mengingkari petunjuk Allah dan mengabaikannya maka kehidupan alam manusia akan mengalami kekacauan.
Salah satu petunjuk Allah yang perlu diperhatikan oleh manusia adalah berkenaan dengan pengelolaan Harta Benda, sebagaimana firman-firman Allah yang artinya
.
Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat. Dan apa-apa yang kamu usahakan dari kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapa pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (QS. 2:110)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 2:277)
Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan orang-orang mu’min, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (al-Qur’an), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar. (QS. 4:162)
Dan tetapkanlah untuk kami kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat) kepada Engkau. Allah berfirman:”Siksaku akan Ku-timpakan kepada siapa yang Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”. (QS. 7:156)

.
Ayat-ayat yang senada dengan ayat-ayat tersebut di dalam Al-Qur’an terdapat kira-kira 35 ayat, dan yang membahas tentang harta benda lebih dari itu.
Allah memerintah kepada manusia untuk menjadikan harta yang dimiliki oleh Allah dan dipinjamkan kepada manusia untuk dikelola sebaik-baiknya untuk mencari pahala kebaikan di dunia dan di akherat.
Dalam kehidupan Islam yang mendasarkan hidupnya dengan Iman dan amal sholih, kesejahteraan Umat Islam adalah merupakan cita-cita bersama. Ketekunan untuk beribadah kepada Allah akan menumbuhkan kesadaran akan posisi harta. Harta tidak bermanfaat kecuali jika digunakan untuk meningkatkan iman dan amal shalih.
Umat Islam harus meningkatkan imannya sehingga bisa mendudukan harta pada kedudukan yang semestinya. Bila Umat sudah memiliki kwalitas taqwa yang tinggi, tentu pundi-pundi harta yang dipinjamkan Allah kepada tiap-tiap indifidu akan ditukarkan dengan amal-amal kebaikan.
Dan Bahkan umat Islam tidak lagi memerlukan system PERBANKAN sebagaimana yang telah dibangun oleh sistem non Islam. Namun pasti dan pasti dan pasti dan pasti dan pasti BAITUL MAL (Rumah Harta) merupakan lembaga yang paling melimpah dengan harta-harta umat Islam yang ingin menukarkan hartanya dengan pahala di dunia dan di akherat.
Allah telah menuntut Umat Islam generasi pertama untuk memiliki Rumah Harta (BAITUL MAL), dalam perjalanannya, Abdurrahman Bin Auf telah pernah memasukkan 700 ekor unta besarta dagangan diatasnya untuk dimasukkan BAITUL MAL, yang kemudian digunakan untuk jalan-jalan Sabilillah.
Umat Islam di zaman Modern ini ditantang oleh Islam untuk kembali mewujudkan sIstem BAITUL MAL, yang telah dimiliki oleh generasi umat Islam yang paling awal. Yang dikelola oleh orang-orang yang sangat menginginkan pahala di akherat, Yang Cerdas, Yang Jujur dan Berilmu sebagaimana Nabi Yusuf mengelola harta di saat menjadi Bendaharawan di Mesir.
Harta yang telah bertumpuk tumpuk di BAITUL MAL, dapat dijadikan oleh umat Islam untuk membangun kesejahteraan bersama, seperti meningkatkan ilmu dan keahlian umat Islam, untuk membangun sarana kehidupan umat Islam dan juga untuk membangun usaha-usaha bersama baik skala kecil, skala besar atau skala Global yang akan memperkuat kesejahteraan umat Islam dan umat manusia.
Jalan menuju kepada terbentuknya BAITUL MAL yang suci bersih dan AMANAH, diperlukan kwalitas keimanan umat yang prima. Sehingga setiap kelebihan harta tidak lagi disimpan di rumah-rumah atau di Bank-Bank, namun bisa diserahkan ke BAITUL MAL, untuk dikelola menjadi sebuah MAL (Harta-harta) yang hidup dan tumbuh dan berpahala yang melimpah di dunia dan akherat.
Pengelolaan harta yang salah oleh indifidu sering berakibat fatal seperti pepatah AYAM MATI DI LUMBUNG PADI, sebuah keluarga memiliki harta yang melimpah-limpah namun kemudian mereka terjerumus dalam dosa-dosa besar akibat harta yang dimiliki. Disisi lain kejahatan umat meningkat karena banyak indifidu-indifidu yang terjebak dalam serba kekurangan baik ilmu, iman dan harta, sehingga mereka terjerumus menjadi penjahat.
Dengan Harta dari BAITUL MAL, umat Islam bisa menyekolahkan generasi-generasi penerus untuk memiliki ilmu-ilmu yang memadai dalam mengelola Dunia, dan sekaligus dari harta di BAITUL MAL, dapat digunakan untuk membangun Industri-Industri klas kecil, klas menengah, atau bahkan klas GLOBAL, klas Dunia, yang dikelola oleh orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari akhir.
Sebenarnya Bila keimanan seseorang telah terbangun dengan sempurna, maka mudah bagi mereka untuk menyerahkan harta-harta mereka ke BAITUL MAL, namun pihak-pihak pengelola BAITUL MAL, haruslah mampu mengelola harta-harta tersebut, bahkan harus lebih cermat dan lebih teliti dibanding pengelolaan harta yang dilakukan oleh seorang Mentri Keuangan dalam sebuah Negara.
Kapan Orang-Orang beriman di Zaman ini terketuk hatinya untuk membangun dan membesarkan sebuah BAITUL MAL, karena BAITUL MAL disitulah berkumpul kembali harta Allah, orang-orang beriman menitipkan hartanya kembali kepada Allah untuk ditukar dengan kebahagiaan dunia dan akherat. Maka pengelola BAITU MAL haruslah orang-orang yang tidak lagi butuh dengan kesenangan Dunia, namun mereka-mereka yang telah mengurbankan dunia untuk mendapatkan keridhoan Allah dan kebahagiaan di Akherat. Yang Berilmu, yang Cerdas, dan yang Bertaqwa dan ikhlas mengisi hidupnya untuk mengurusi BAITUL MAL.
Segala puji hanya bagi Allah Tuhan semesta Alam, semoga Allah mengilhami umat Islam di zaman modern ini untuk mewujudkan BAITUL MAL yang sesungguhnya, dan dapat menggerakkan roda kesejahteraan umat manusia, dan menguatkan pribadi-pribadi umat Islam untuk lebih bersyukur kepada Allah, Dunia yang Baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghofur. Semoga Allah mewujudkan BAITUL MAL yang AMANAH untuk kita umat Islam di Zaman modern ini. Wallahu a’lam.

Membangun Generasi Cinta Damai Dan Berwibawa

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikut beliau yang selalu tekun mengikuti jalan petunjuk-Nya.
Allah SWT Tuhan semesta Alam, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang memerintah manusia untuk menjaga kwalitas kepribadian umat manusia dengan perbuatan-perbuatan yang SUCI BERSIH, dari segala Dosa dan Kedzaliman. Beberapa firman-Nya antara lain artinya
.
Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. (QS. 38:45)
Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. (QS. 38:46)

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 24:21)
.
Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, Tuhan yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana, Tuhan Yang Maha Suci dan Maha Mulia, memerintah manusia untuk menempuh jalan-jalan kesucian, jalan-jalan ma’ruf serta menghindari dan menjauhi jalan-jalan keji dan mungkar. Menolak dan menepis segala was-was syaitan yang selalu mengajak kepada fahsya’ dan mungkar. Allah memerintah kepada manusia untuk banyak ingat kepada Allah dan ingat kepada Hari Akhir, agar selalu memiliki kesabaran dalam menempuh jalan-jalan iman dan amal sholih.
Bila manusia telah menta’ati perintah-perintah Allah tersebut dan meninggalkan segala larangan-larangan Allah, maka Allah akan mengaruniakan kepada mereka berbagai macam kekayaan JIWA dalam diri hamba-hambanya yang telah patuh kepada-Nya sebagaimana firman-Nya yang artinya
.
Allah memberikan hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang diberi hikmah, sungguh telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal. (QS. 2:269)
Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 10:62)
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. (QS. 10:63)
Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar. (QS. 10:64)
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. 13:28)
.
Demikianlah hati manusia-manusia yang cinta Damai, karena hatinya telah Damai dan telah terpuaskan dengan limpahan nikmat-nikmat lahir dan batin dari Allah Tuhan Semesta Alam, Tuhan Yang Maha Kaya dan Maha Mulia.
Kedamaian Hati dan Kewibawaan Hati adalah sesuatu yang padu. Bila manusia telah mampu merasakan kedamaian jiwa tentulah mereka adalah orang-orang yang dikaruniai oleh Allah dengan Kewibawaan. Sebagaimana firman Allah Yang Artinya
.
Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu Karena itu hendaknya kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal. (QS. 3:160)
Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat), (QS. 40:51)
.
Pribadi Cinta Damai dan Kewibawaan adalah sesuatu yang padu dalam diri-diri umat manusia yang tunduk patuh kepada Allah. Kewibawaan tidak diukur dengan banyaknya Tahta, Harta dan Penghormatan Manusia, namun Kewibawaan akan muncul pada manusia-manusia yang yang berbudi pekerti yang tinggi dan mulia.
Kewibawaan sering muncul di dalam diri manusia-manusia yang hidup menempuh jalan kesederhanaan. Kesederhanaan dalam menjalani kehidupan dan kemudian disalurkan kepada ketekunan dalam beribadah dan menghamba kepada Allah SWT.
Seringkali Kewibawaan manusia tergoncang dengan berbagai penyimpangan-penyimpangan dan kebodohan yang telah mereka lakukan, sebagaimana Allah telah menegur kepada Rasulullah dalam berbagai Kasus
.
dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa. (QS. 6:153)
Katakanlah:”Apakah kita akan menyeru selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemanfaatan kepada kita dan tidak (pula) mendatangkan kemudharatan kepada kita dan (apakah) kita akan dikembalikan ke belakang sesudah Allah memberi petunjuk kepada kita, seperti orang yang telah disesatkan oleh syaitan di pesawangan yang menakutkan; dalam keadaan bingung, dia mempunyai kawan-kawan yang memanggilnya kepada jalan yang lurus (dengan mengatakan):”Marilah ikuti kami”. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam, (QS. 6:71)
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai orang-orang mu’minin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dan bercerai-berai. (QS. 9:25)
.
Ketika umat manusia terjangkiti penyimpangan penyimpangan dalam berbakti pada Allah, dan tidak lagi tekun mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan Rasul-Nya maka kewibawaan mereka menjadi pudar.
Allah memberi kesempatan yang sangat luas kepada umat manusia dalam hidup di dunia dengan aktifitas-aktifitas yang positip dan universal, yaitu untuk selalu melihat tanda-tanda Kebesaran, Kemuliaan dan Keagungan Allah Tuhan semesta Alam di segenap ufuk ciptaan-Nya, sebagaimana firman-firman-Nya yang artinya
.
Sesungguhnya pada pertukaran malam dan siang itu dan pada yang diciptakan Allah di langit dan di bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. 10:6)
Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan”. (QS. 55:33)
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. 57:25)
.
Hidup manusia ditekankan agar selalu dalam rangka melihat tanda-tanda Keagungan Allah, dan beribadah kepada Allah. Dan segala apa yang diberikan Allah kepada manusia agar selalu digunakan untuk hidup didalam kebenaran dan Keadilan. Mengikuti perkembangan Sains dan Teknologi termasuk sebagai jalan yang diperintahkan untuk ditekuni, namun semuanya itu untuk menegakkan Kebenaran dan Keadilan Allah di muka bumi.
Jaman Globalisasi, jaman Globalisasi Liberalisme, telah memunculkan nuansa baru tentang menikmati suka cita, hingar bingar dan hura-hura, overdosis dalam menikmati keindahan kesenangan kehidupan Dunia. Pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan-aturan Allah dan keengganan mengikuti kebenaran yang datang dari Allah SWT, pasti, pasti, pasti dan pasti otomatis akan menurunkan dan menjatuhkan kadar kedamaian dan kewibawaan jiwa-jiwa manusia.
Bila manusia kehilangan kedamaian jiwa diri, maka kegundahan dan kegalauan akan mengemuka. Dan apa jadinya bila kegalauan dan kegundahan itu terekpresikan dengan kecanggihan teknologi ???, pasti disana banyak pula mengemuka, kezaliman, keserakahan dan ketidak adilan, serta kekacauan.
Membangun generasi yang cintai damai dan berwibawa tidak ada jalan lain kecuali dilakukan dengan menelusuri kembali jalan-jalan kebenaran yang datang dari Allah SWT, meneladani kesederhanaan hidup dari para Nabi-Nabi Allah, termasuk Nabi Muhammad SAW.
Walaupun ilmu dan Teknologi telah mampu membawa manusia untuk menembus langit (mengekplorasi ruang angkasa) dan menembus bumi (mengekplorasi kandungan bumi), namun hidup sederhana adalah jalan terbaik untuk mencapai ketentraman jiwa, dan mewujudkan pribadi yang adil dan bertanggung jawab untuk mencapai kemuliaan di dunia dan disisi Allah .
Mencintai Kesederhanaan hidup menunjukkan kematangan jiwa manusia-manusia yang telah dilimpahi kekayaan jiwa oleh Allah SWT, nikmat yang paling tinggi yang hanya bisa disyukuri dengan menempuh jalan hidup sederhana dan rajin beribadah kepada-Nya, disanalah terletak kekuatan hebat generasi yang cinta Damai dan Berwibawa
Wallahu a’lam.

Kesalahan-kesalahan Fatal Manusia Dalam Hidup

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh pengikutnya yang selalu tekun mengikuti jalan petunjuk-Nya.
Manusia hidup di dunia diberi kesempatan untuk Melihat tanda-tanda Keagungan Allah dan selalu bertasbih mengagungkan Allah dan memperbanyak amal shalih yang akan membawanya kepada derajad yang mulia.
Manusia diperintah oleh Allah untuk selalu menjaga kemurnian keyakinannya, agar selalu berbakti kepada Allah Tuhan Yang Maha Suci, Maha Mulia, dan Maha Agung Tuhan, Tuhan Yang Maha Tinggi, Tuhan Pencipta semesta Alam, tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun. Dan sekaligus berlomba-lomba dalam menjaga iman dan selalu beramal sholih
Ada beberapa hal yang manusia sering lalai, salah dan tidak hirau. Namun dapat menimbulkan kerugian besar dalam hidup manusia di dunia dan di akherat. Beberapa hal itu adalah
.
1. Salah Dalam mengambil Tuhan
.
Dari zaman ke zaman, kesalahan manusia adalah sama, manusia yang suci bersih hatinya mengetahui akan keagungan Allah yang Maha Esa dan keindahan serta keseimbangan ciptaan-Nya, sehingga manusia senantiasa hanya menyeru dan menyembah kepada Allah yang Maha Esa semata, jiwanya terpuaskan dalam bertasbih mengagungkan-Nya.
Namun dalam kehidupan, ketika manusia telah berbuat dosa, dan telah membudaya perbuatan dosa maka manusia berbondong-bondong mengikuti jalan-jalan kezaliman dan dosa, mengikuti bujukan syaitan yang terasa indah dengan tipudaya, maka kemudian mata hati manusia akan tertutup, terbelok, terbias, dan tersesat dalam hidup.
Manusia tidak lagi menuhankan Allah yang Dzat Yang Maha Esa, yang Maha Suci, Pencipta dan pemelihara seluruh alam, tetapi manusia telah tergelincir, terbelok dengan bisikan-bisikan syaitan yang membawa mereka tersesat dan kemudian mencari tuhan-tuhan yang lain selain Allah. Dan itu semua merupakan keberhasilan syaitan musuh manusia didalam membelokkan jalan hidup manusia.
Beberapa firman Allah dibawah ini memberitahu kepada kita tentang kesesatan manusia tentang keyakinan mereka akibat dibelokkan syaitan, sehingga menyembah kepada selain Allah
.
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. 2:165)
Sebahagian diberi-Nya petunjuk dan sebahagian lagi telah pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syitan-syaitan pelindung (mereka) selain Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. 7:30)
Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. 12:40)
.
Terbeloknya hati manusia dari bertuhan kepada Allah yang Maha Esa dan Maha Bijaksana, maka memunculkan berbagai aliran-aliran agama dan filsafat kehidupan yang beraneka ragam, dan mengakibatkan munculnya beragai isme-isme, yang memisahkan manusia dari Allah dan manusia diajak untuk mengikuti cara pandang pembuat filsafat atau isme-isme tersebut.
Manusia tidak lagi menghamba kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dzat yang Maha Suci. Maha Adil, Maha bijaksana, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Melindungi dst. Namun manusia diajak untuk mengikuti, membela, memperjuangkan pendapat manusia, menuhankan manusia, yang semua itu pada hakekatnya adalah menuhankan manusia yang telah tersesat dari jalan Allah, yang telah disesatkan syaitan dari jalan Allah dzat. Dan bila diikuti maka semua berujung pada kesengsaraan dunia dan akherat, walaupun nampak bagus dan menawan tetapi menyesatkan.
Allah-lah pencipta langit dan bumi. Allah memberi ilham kepada manusia, sehingga manusia bisa membuat alat-alat otomatis dan robot. Apa yang diciptakan Allah, dan apa yang dibuat manusia amat jauh sekali beda kesempurnaannya dan tidak bisa dibandingkan, tetapi banyak manusia lebih menyukai filsafat dan isme2 buatan manusia dibandingkan bertaat kepada Agama Allah Tuhan Yang Maha Bijaksana.
.
2. Salah dalam Mengisi Kehidupan
.
Tahukah kita tentang hakekat Mengisi Hidup di dunia?, Manusia dulu pernah tidak ada, dan akhirnya suatu saat tidak ada kembali, apa sebenarnya tugas hidup manusia dimuka bumi ?, apakah untuk bertikai, untuk saling menumpahkan darah ? saling mencelakai ?. Manusia perlu meluruskan hakekat tujuan hidup yang sebenarnya.
.
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. 17:44)
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. 51:56)
Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. (QS. 51:57) )
.
Seluruh kehidupan di Alam Raya memiliki tujuan yang satu yaitu untuk selalu bertasbih mengagungkan Allah. Demikian pula manusia diperintah untuk melihat tanda-tanda keagungan Allah dan kemudian selalu bertasbih mengagungkan Allah, namun manusia banyak yang melupakan tugas utama itu dan lebih suka menekuni pekerjaan-pekerjaan yang melalaikan dari tugas utama tersebut , dan kemudian hidupnya menjadi sia-sia.
Allah mengatakan bahwa hidup di dunia adalah permainan yang melalaikan, sebaliknya hidup yang sebenarnya adalah kehidupan yang kekal abadi di akherat kelak.
.
Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (QS. 40:39)
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur.Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. 57:20) )
.
Salah dalam memahami tujuan dan cita-cita hidup, maka akan salah pula dalam beraktifitas mengisi kehidupan. Dan salah pula dalam menggunakan dan mengelola segala fasilitas kehidupan.
Dalam abad modern akhir-akhir ini tidak banyak orang mengetahui hakekat tujuan hidup yang sebenarnya. Ketika teknologi telah menjadi semakin maju dan menawan, ketika semuanya sudah menjadi instant dan otomatis, manusia lupa bahwa tugas hidup adalah berbakti kepada Allah, selalu bertasbih dan bersyukur kepada Allah pemilik dan pemelihara seluruh Alam. Selalu berbuat yang baik-baik, yang sholih-sholih, yang adil, yang bijaksana, yang penuh dengan kasih sayang.
Sumber kasing sayang, kelembutan hati, perbuatan baik, adalah hati yang suci dan bersih yang selalu bertasbih kepada Allah dan tunduk taat kepadaNya. Ketika manusia tidak memahami akan hakekat kebutuhan jiwanya tersebut, dan kemudian diabaikan, maka manusia menjadi gersang jiwanya.
Ketika manusia semakin sibuk dengan soal-soal ilmu dan teknologi, soal-soal materi, soal-soal kenyamanan, soal-soal hiburan, maka kemudian manusia lupa kepada Allah yang telah memberi segala sesuatu kebutuhan hidupnya. Manusia telah melupakan Allah yang telah melindungi langit dan bumi, yang telah memberikan rasa aman dan tenteram, yang telah memberikan kepada mereka nikmat yang baik-baik.
Kelupaan manusia kepada Allah, tidak merugikan Allah sama sekali, namun berakibat fatal bagi manusia. Ketika manusia lupa kepada Allah Yang Maha Pengasih, maka manusia kehilangan jiwa kasih sayang, Ketika manusia lupa kepada Allah Yang Maha bijaksana, manusia kehilangan jiwa kebijaksanaan, Ketika manusia lupa kepada Allah Yang Maha Adil, manusia kehilangan jiwa keadilan. Ketika manusia melupakan Allah Yang Maha Suci, manusia kehilangan jiwa kesucian, dst.
Maka jadilah manusia menjadi makhluq-makhluq jahat, sesat dan perusak. Hal yang demikian tentunya harus dihentikan dan tidak diterus-teruskan. Apakah kita sebagai manusia suka kalau rumah milik kita dirusak oleh tamu-tamu yang datang di rumah kita, tentu tidak mau.
Bumi ini milik Allah tentu Allah tidak ridho kalau kita berbuat kezaliman, kerusakan dan kejahatan diatasnya, apalagi kita menzalimi para orang-orang sholih yang dikasihi oleh Allah. Bencana demi bencana, musibah demi musibah adalah peringatan dari Allah, agar kita mengoreksi diri, agar kita tidak terus menerus berbuat kezaliman dimuka bumi, agar kita berhenti dari berbuat saling menzalimi.
Bumi ini milik Allah SWT dan apa yang diatasnya Allahlah pemiliknya. Apakah Allah akan mengekalkannya atau Allah akan menyudahinya, semuanya ditangan Allah. Manusia diberi kebebasan untuk berbuat. Jangan sampai perbuatan yang dilakukan, sesuatu yang Allah tidak menyukainya.
.
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. 59:19)
Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan.Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi. (QS. 58:19) )
.
Ilmu dan teknologi yang berjalan tanpa landasan iman dan taqwa, hanya akan memunculkan manusia-manusia yang berjiwa syaitan, dan syaitan tidak mengajak kecuali kepada jalan keji dan mungkar
.
Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan kepada Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:169)
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu daoat mengambil pelajaran. (QS. 16:90) )
.
Ilmu dan teknologi yang tidak dikembangkan oleh orang yang tidak beriman dan tidak tunduk patuh kepada Allah, maka ilmu dan teknologi hanya digunakan untuk memperlancar, memperbesar, dan meningkatkan dalam memuaskan kesenangan hawanafsu. Padahal hawanafsu yang diperturutkan akan membawa kepada kesesatan, kedurhakaan dan kebinasaan.
Ilmu dan teknologi pernah menghancurkan peradaban umat manusia, baik lewat perang dunia satu, perang dunia dua, atau kezaliman-kezaliman Negara-negara adidaya kepada Negara-negara yang lebih lemah. Semua itu menunjukkan akan dasyatnya peran ilmu dan teknologi didalam membuat kerusakan dimuka bumi.
Jangan sampai ilmu dan teknologi membawa kepada kesengsaraan dan kehancuran akibat orang-orang pelaku dibalik teknologi tidak mau taat kepada Allah, tidak mau bertasbih kepada Allah, tidak mau beramal sholih, tidak mau hidup dengan penuh kasih sayang.
Bagi orang-orang beriman maka perlu meluruskan dan mengoreksi kembali aktifitas hidupnya. Sudahkan ibadah-ibadah yang dituntunkan oleh Islam telah diketahui, diamalkan, dan telah dirasakan kelezatannya. Sudahkan dengan pengamalan itu kemudian mendatangkan sifat-sifat mulia dalam dirinya ?.
.
3. Salah dalam berhubungan sesama manusia
.
a. Hidup saling membantu dan saling melengkapi
.
Allah memerintah umat manusia untuk berbuat baik diantara mereka, Allah yang memberikan perbedaan-perbedaan diantara manusia, tentang kecerdasannya, tentang kekuatannya, tentang ketrampilannya dan berbagai perbedaan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya.
.
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa dibumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 6:165)
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat, agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebahagian yang lain.Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (QS. 43:32) )
.
b. Hidup selalu berlomba-lomba dalam kebaikan
.
Manusia diperintah untuk mengedepankan kebaikan-kebaikan diantara mereka dan menekan sekuat-kuatnya segala kehendak jahat yang memang ada dalam diri manusia.
.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya. (QS. 18:7)
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. 67:2) )
.
Keindahan kehendak Allah yang demikian sering dilanggar manusia dengan melakukan perbuatan memperturutkan hawa nafsu dan berbuat kezaliman yang medatangkan dosa dalam hati manusia.
.
Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat azab yang pedih. (QS. 42:42) )
.
Karena manusia telah berbuat dosa akibatnya manusia saling mencelakai, saling merugikan, dzalim kepada diri sendiri dan orang lain, mencelakakan diri dan orang lain. Dan Allah tidak mencintai orang-orang yang dzalim.
Berbagai contoh musibah-musibah kehancuran suatu kaum Allah kabarkan kepada umat manusia lewat Al-Qur’an, agar manusia meninggalkan perbuatan kezaliman. Kezaliman diantara umat manusia hanya akan mendatangkan hukuman Allah.
.
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat yang sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal Rasul-Rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterang-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa. (QS. 10:13) )
.
4. Salah dalam mengelola Alam lingkungan
Manusia hidup dibumi Allah, tempat yang aman yang telah dibuat oleh Allah untuk kehidupan sementara manusia, tempat menguji manusia. Dan tempat tersebut adalah tempat yang dipelihara dan dilindungi oleh Allah
.
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. 2:164)
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur. (QS. 7:10)
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (QS. 14:32) )
.
Manusia diperintah untuk memakmurkan bumi, dan hidup dimuka bumi untuk selalu berbakti kepada Allah, dilarang berbuat kerusakan diatasnya. Bila manusia melupakan Allah dan berbuat kerusakan diatasnya, maka akibat buruk itu akan kembali kepada diri manusia itu sendiri.
Hati yang selalu bertasbih kepada Allah, hati yang me-Mahasucikan Allah, maka hati tersebut akan selalu suci bersih dan selalu berusaha meminimalkan dari berbagai sifat-sifat tercela. Sehingga hati yang tunduk patuh kepada Allah, akan berbuat hal-hal yang bersifat membangun dan membahagiakan diri dan linkungannya.
Sedang bila manusia meninggalkan Allah, manusia akan dibujuk oleh syaitan. Dan tidak ada yang dibujukkan syaitan kecuali untuk mencelakakan umat manusia. Syaitan menipu manusia dengan menampakkan perbuatan yang dimurkai dan dilarang oleh Allah sebagai perbuatan yang menyenangkan, yang menggiurkan, yang menawan, yang mengasyikkan. Tetapi bila diperbuat hasilnya adalah kerusakan dan kebinasaan.
.
Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran (Tuhan) Yang Maha Pemurah (al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. (QS. 43:36)
Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (QS. 43:37) )

.
Manusia yang telah mengikuti bujukan syaitan, akan ditarik jauh dari cinta kepada kebenaran yang datangnya dari Allah dzat yang Maha Benar, sehingga manusia menjadi teman-teman syaitan untuk berbuat durhaka kepada Allah Pencipta dan Pemelihara seluruh alam.
Namun bagaimanapun kedurhakaan umat manusia kepada Allah, maka kerugiannya akan kembali kepada manusia itu sendiri. Baik secara pribadi atau secara kelompok, masyarakat, bangsa, bahkan dunia. Kerusakan di muka bumi akan menjadikan manusia susah hidup diatasnya, dan itulah tujuan syaitan menyesatkan manusia, agar manusia hidup susah dan celaka.
Sifat rakus, sifat tama’, sifat sombong, sifat dengki, sifat dendam, penipu, pemalsu, perusak, pengacau, pemfitnah, sifat-sifat jahat akan menjadi tabiat manusia yang telah mengikuti bujukan-bujukan syaitan yang sesat. Sehingga manusia telah berubah dari manusia yang bersifat membangun menjadi manusia yang bersifat merusak. Merusak diri, keluarga, masyarakat, bangsa, Negara, lingkungan dan merusak segalanya. Beberapa firman Allah berkenaan dengan hal itu Allah sampaikan sebagai berikut.
.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. 30:41)
Katakanlah:”Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikan bagaimana kesudahan orang-oramg yang dahulu.Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)”. (QS. 30:42)
Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu kepada agama yang lurus (Islam) sebelum datang dari Allah suatu hari yang tak dapat ditolak (kedatangannya); pada hari itu mereka terpisah-pisah. (QS. 30:43) )
.
Lingkungan alam, lingkungan kemasyarakatan, bangsa, Negara, dan dunia bisa rusak, akibat kesalahan tingkah laku manusia yang telah berbuat kerusakan diatasnya.
Bila manusia ingin memperbaiki diri, masyarakat, bangsa, Negara, dunia, maka yang harus diperbaiki adalah jiwanya, dirinya, hatinya. Jiwa yang selalu bertasbih kepada Allah, jiwa yang selalu mensucikan diri, jiwa yang selalu mengingat balasan amal perbuatan, maka akan menjadi jiwa yang membangun dan selalu berbuat kebaikan dimuka bumi. Wallahu a’lam.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Macys Printable Coupons